Kemarau Makin Ganas Hajar Pulau Jawa, Hujan Tunggu Oktober

Berita91 Views
banner 468x60

BERITAGARUT.COM – Musim kemarau dan dampak kekeringan makin terasa di sebagian besar wilayah di Pulau Jawa. Bahkan, warga di sejumlah daerah mulai kekurangan air.
Sejumlah kabupaten/kota di Pulau Jawa saat ini menggantungkan pasukan air dari dropping air bersih atau sumber air yang debit airnya makin tiris.

Warga di sediktnya 14 kabupaten/kota di Jawa Tengah terutama di Grobogan, Cilacap dan Pati sudah menikmati kiriman air bersih sejak Mei 2014.

banner 336x280

Sementara sebagian lain mencari air ke sumber mata air atau waduk yang makin kecil debitnya.

Di Jatim termasuk di Ponorogo, Lamongan, Pacitan, Bojonegoro, Gresik, Magetan, kemarau bukan cuma memaksa warga menunggu giliran dropping air tetapi juga membuat gagal panen (puso). Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim Juni lalu mengumumkan 26 ribu hektar gagal panen akibat kekeringan.

Deputi Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan mengatakan situasi kekeringan diperkirakan akan terus berlanjut sampai Oktober ketika musim hujan kembali ke Indonesia.

“Di Jawa mulai Oktober dan akan dimulai dari arah barat. Jadi mulai dari Banten, Jabar, Jateng, dan seterusnya,” kata Ardhasena saat dihubungi CNN Indonesia, Selasa (3/9).

Antre air di berbagai daerah
Di Kecamatan Bungkal Ponorogo, warga mengambil air dari satu-satunya sumur di hutan berjarak setengah kilometer dari dusun. Mereka pun harus rela antre untuk bisa mendapatkan air.

Air hanya cukup untuk makan-minum sementara untuk cuci, kakus dan keperluan lain harus dilakukan di sungai yang terletak di desa tetangga.

Warga sudah merasakan kekeringan sejak 2-3 bulan terakhir.

“Iya ini cari air sampai ke sini sudah dua bulanan ini. Banyak yang antre kalau pagi atau sore. Makanya saya ke sini kalau pas agak sepi supaya antri tidak lama,” kata Mesinah, yang mengantre air di sendang Mesinah sambil menggendong cucunya kepada kontributor CNN Indonesia di Ponorogo, Jatim.

Sementara di Madiun, pengelola Bendungan Dawuhan memgatakan pasokan air tinggal 30 persen dari kondisi normal. Jika hingga Oktober air tidak bertambah, maka pintu air bendungan akan ditutup untuk menghindari kerusakan bangunan bendungan.

Meski kemarau tahun ini tidak berdampak seburuk tahun lalu, BMKG telah memperingatkan risiko kekeringan yang cukup parah.

“Meskipun kemarau 2024 diprediksi berlangsung dengan normal, namun terdapat wilayah yang berpotensi mengalami kekeringan karena secara iklim memang memiliki curah hujan yang rendah,” ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam paparan iklim awal tahun ini.

 

banner 336x280

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *