Kepiting Tapal Kuda Fosil Hidup Berdarah biru

Berita, informasi131 Views
banner 468x60

Baru-baru ini kepiting tapal kuda kembali ramai diperbincangkan di media sosial. Kepiting tapal kuda ini berdarah biru, secara literal, bukan metafora. Dipercaya memiliki segudang manfaat untuk kesehatan.
Dalam artikel ini, akan dibahas terkait kepiting tapal kuda, taksonomi hingga keistimewaan dan manfaatnya. Simak selengkapnya!

‘Fosil Hidup’ Lebih Tua dari Dinosaurus

Berdasarkan sebuah artikel yang dimuat National Wildlife Federation, kepiting tapal kuda telah ada selama lebih dari 300 juta tahun. Kekuatan adaptasinya selama lebih dari 300 juta tahun menjadikannya ‘fosil hidup’. Hal ini membuat kepiting tapal kuda berusia lebih tua dari dinosaurus.

banner 336x280

Kepiting ini terlihat seperti kepiting prasejarah, tetapi sebenarnya lebih dekat hubungannya dengan kalajengking dan laba-laba. Seperti namanya, kepiting tapal kuda merupakan seekor kepiting yang menyerupai bentuk ladam atau tapal kuda. Kepiting tapal kuda memiliki kerangka luar yang keras dan 10 kaki, yang digunakannya untuk berjalan di dasar laut.

Kepiting tapal kuda betina berukuran sekitar sepertiga lebih besar dari kepiting jantan. Mereka dapat tumbuh hingga 18 hingga 19 inci (46 hingga 48 sentimeter) dari kepala hingga ekor, sedangkan kepiting jantan sekitar 14 hingga 15 inci (36 hingga 38 sentimeter).

Taksonomi Kepiting Tapal Kuda

Melansir dari laman Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga, kepiting tapal kuda memiliki beragam nama sebutan. Di antaranya dalam bahasa Inggris disebut sebagai horseshoe crab, sedangkan warga lokal biasa mengenali kepiting tapal kuda ini dengan nama mimi, belangkas, kepiting ladam, mintuna, dan kepiting bulan.

Berdasarkan taksonomi, dilansir dari Jurnal Protobion, Volume 9 Nomor 2 Tahun 2020 yang berjudul Morfometri Belangkas Tachypleus gigas di Kawasan Pesisir Batu Ampar, Kalimantan Barat yang ditulis Sutan Syahrir dkk dari Prodi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat, kepiting tapal kuda ada beberapa jenis dan spesies.

Hewan ini masuk filum Arthropoda, dan famili Limulidae. Di dunia, kepiting tapal kuda ini ada 3 genus yakni Limulus, Carcinoscorpius, dan Tachypleus.

Spesies Tachypleus gigas, Tachypleus tridentatus, dan Carcinoscorpius rotundicauda dapat ditemukan di Asia. Habitat belangkas umumnya hidup di perairan pesisir yang tenang dan muara sungai dengan dasar substrat berpasir atau berlumpur. Sedangkan spesies Limulus polyphemus, habitat aslinya berada di sepanjang Pantai Atlantik dari Teluk Taunton di Amerika Utara hingga Semenanjung Yucatan, Meksiko, demikian dilansir dari laman Smithsonian Institute.

Darah Biru yang Bermanfaat dan Mahal

Keistimewaan utama dari kepiting tapal kuda terletak pada darahnya. Tak seperti hewan lain yang memiliki darah berwarna merah, kepiting tapal kuda memiliki darah dengan warna biru cerah. Menurut laman Unair, warna darah biru ini lantaran kepiting tapal kuda di dalam tubuhnya tidak mengandung hemoglobin melainkan mengandung hemocyanin. Kandungan ini berfungsi mengangkut oksigen dan mengandung unsur tembaga yang mengakibatkan warna darah kepiting tapal kuda menjadi biru. Darah kepiting tapal kuda juga mengandung unsur amebosit yang berfungsi sebagai pertahanan organisme untuk melawan patogen

Mengutip American Association for the Advancement of Science, kepiting ini memiliki darah biru yang berharga karena mengandung Limulus Amebocyte Lysate (LAL), digunakan dalam uji kelayakan obat dan vaksin medis.

Dikutip dari CNN Indonesia, sebelum LAL ditemukan, para ilmuwan tidak memiliki cara mudah untuk mengetahui apakah vaksin atau alat medis terkontaminasi bakteri, seperti E coli atau salmonella. Saat itu, para ilmuwan akan menyuntikkan vaksin ke sejumlah besar kelinci dan kemudian menunggu gejala muncul.

Setelah kandungan LAL ditemukan pada kepiting tapal kuda dan disetujui untuk digunakan pada 1970, uji vaksin yang terkontaminasi bakteri lebih efektif dan efisien. LAL akan membungkus semua bakteri gram negatif dalam kepompong jeli ketika peneliti menjatuhkan LAL berjumlah kecil ke perangkat medis atau vaksin. Meskipun tidak dapat membunuh bakteri, segel jeli seperti alarm yang memperingatkan akan adanya infeksi yang berpotensi mematikan dan mencegahnya menyebar.

Senyawa LAL ini juga mendeteksi adanya endotoksin bakteri yang dapat menyebabkan infeksi pada mata. Kepiting tapal kuda telah memberikan kontribusi besar pada produksi steril dan aman bagi produk kesehatan mata, seperti lensa kontak dan obat tetes mata. Dilansir dari laman Unair, manfaat lain dari LAL ini yaitu sebagai bahan baku pembuatan vaksin. Sedangkan pada bagian cangkang selain mengandung chitosan juga dapat diolah menjadi aneka produk seperti lensa kontak, krim kulit, dan penambal luka jahitan di kepala.

Kepiting tapal kuda bahkan pernah menjadi salah satu hewan yang dijadikan sebagai bahan uji coba pembuatan vaksin ketika pandemi COVID-19 seperti yang dimuat dalam sebuah artikel CNN Indonesia pada 2020 silam.

Oleh karena itu, darah biru kepiting tapal kuda menjadi salah satu sumber daya termahal di dunia. Produk darah ini bisa dihargai US$60 ribu atau sekitar Rp885,8 juta per galon.

Selain itu, kepiting tapal kuda membantu menjaga keseimbangan ekosistem pantai dengan menjadi makanan bagi burung migran dan hewan laut.

Ancaman Overeksploitasi

Karena manfaatnya yang bukan main itu, kepiting tapal kuda menghadapi overeksploitasi dan kelangkaan. Rich Gorman dari Sussex University, penulis studi terbaru tentang kepiting tapal kuda mengatakan kepiting tapal kuda berada di bawah tekanan evolusi yang berat yang memicu penurunan drastis jumlah mereka, khususnya di pesisir timur Amerika. Ratusan ribu ekor diambil darahnya, sehingga memicu kematian dan mengurangi populasi di daerah berkembang biak utama seperti Delaware Bay di New Jersey, demikian seperti dilansir dari Guardian, awal Maret 2024 lalu.

Penurunan ini juga mempunyai konsekuensi ekologis yang lebih luas. Penurunan besar populasi burung, seperti burung simpul merah rufa, kini dilaporkan setelah penurunan populasi burung tapal kuda.

Dilansir dari CNN Indonesia, setiap tahun, industri medis menangkap sekitar 600.000 kepiting tapal kuda untuk dikuras 30 persen darahnya, yang mengakibatkan kebanyakan hewan ini akan mati. Dilansir dari Nation of Change, sekitar 50 ribu kepiting mati saat proses tersebut.

Pada tahun 2016, Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam memasukkan kepiting tapal kuda Amerika ke dalam daftar merah, satu tahap di bawah terancam punah. Populasi kepiting tapal kuda di AS bisa terus menurun, sebanyak 30 persen selama 40 tahun ke depan. Hewan ini telah masuk ke dalam daftar merah IUCN (The International Union for Conservation of Nature) dengan status data deficient atau kurangnya informasi dan perlu diperbaharui lagi. Di Indonesia, kepiting tapal kuda merupakan salah satu biota yang dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018, tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi demikian dilansir dari laman Marine Diving Club Undip (MDC Undip).

banner 336x280

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *